Muhasabah Tahun Baru Hijriah

Tanpa terasa, perkisaran waktu dan pergantian masa berlalu begitu cepat. Hari berganti, minggupun datang. Minggu pergi, bulan pun tiba. Bulan berlalu, tahun baru pun kita jumpai. Tanpa terasa waktu terus berputar. Kaki melangkah semakin jauh dan perbatasan usia kita semakin dekat.

Justru itu alangkah tepatnya jika saat-saat seperti ini kita merenung sejenak. Sambil membaca lembaran demi lembaran dari catatan perjalanan hidup yang telah kita lewati. Kita hitung laba dan rugi selama berdagang amal dalam kehidupan yang fana ini, sambil menyimak dan memperhatikan apa yang pernah disampaikan oleh khalifah Umar bin Khatab: “Hitung-hitunglah dirimu, sebelum amalmu dihitung (dihisab oleh Allah SWT)”.

Setelah bulan Zulhijjah berlalu maka datanglah bulan Muharram, yang merupakan gerbang tahun baru Islam. Di sinilah perlu kita tanya diri kita masing-masing. Apakah amal kita sudah meningkat dari tahun-tahun sebelumnya? Atau apakah sama saja, tidak ada peningkatan? Atau bahkan justru jauh menurun?

Maka wajar kalau Nabi bersabda: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemaren itulah orang-orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama saja dengan kemaren itulah orang-orang yang merugi. Dan (yang lebih parahnya lagi adalah) barang siapa yang hari ini lebih jelek dari hari kemaren itulah orang yang celaka”.

Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa melalui moment di tahun baru hijriah ini kita harus berusaha dengan sekuat tenaga, menjadikan masa lalu sebagai pelajaran, sehingga kita dapat menentukan sikap pada hari ini dan sekaligus merencanakan hari yang akan datang. Sehingga hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan besok harus lebih baik dari pada hari ini.

Jadi dengan demikian marilah kita me-muhasabahi dan menghitung-hitung diri kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang beruntung, merugi atau orang yang celaka. Semua jawabannya ada pada diri kita masing-masing.